Seorang Bintang Porno Sebarkan penyakit HIV


Seorang Bintang Porno Sebarkan penyakit HIV

Seorang bintang porno berinisial "A" menyebarkan HIV setelah sebelumnya ia dites HIV dan hasilnya negatif.

Dalam laporan dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) dilaporkan, aktor film porno berusia 25 tahun itu melakukan tes ulang dan hasilnya positif HIV dan gonorhea anus.

Ketika ia melakukan tes tersebut ia sudah menunjukkan gejala akut infeksi HIV, yakni demam, nyeri tenggorokan, dan ruam merah. Padahal 10 hari sebelumnya ia sudah dites HIV dan hasilnya negatif.

Petugas medis lalu melakukan penelusuran pasangan seksual si A. Dari 17 pasangannya, CDC menemukan 6 orang diantaranya sudah tertular HIV, satu orang melakukan kontak seksual sebelum aktor itu terinfeksi, dan 10 orang beresiko tinggi tertular.

"Sekitar 7 dari 10 pasangan melakukan seks tidak aman dan dua orang terinfeksi," tulis CDC dalam laporannya.

Setiap pemain film porno di Amerika memang diwajibkan melakukan tes HIV 14 hari setelah syuting film. Namun, tes tersebut ternyata kurang bisa diandalkan untuk mendeteksi virus dalam 14 hari setelah infeksi.

Seorang Bintang Porno Sebarkan penyakit HIV, Menurut Michael Wweinstein, Presiden AIDS Healthcare Foundation, selama bertahun-tahun para pemain film porno telah menjalani program tersebut dan hasilnya efektif. Tidak ada satu pun bintang porno yang tertular HIV dari profesinya itu.

Namun laporan terbaru dari CDC ini menunjukkan hasil yang sebaliknya. Karena kemunculan gejala HIV pada si A tidak ada dalam 10 hari setelah hasil tes negatif, ia pun dipekerjakan kembali dalam sebuah film porno yang melibatkan adegan seks anal dengan pemain film pria tanpa menggunakan kondom. Di sinilah masalah itu bermula.

"Pemain film porno, perusahaan yang memproduksi, serta petugas medis, dan juga setiap orang yang beresiko HIV, seharusnya menyadari bahwa tes HIV saja tidak cukup untuk mencegah HIV," tulis laporan tersebut.

CDC merekomendasikan beberapa strategi pencegahan HIV pada pemain film porno. Selain rutin melakukan tes HIV, penggunaan kondom, dan juga pemberian obat antiretroviral (ARV) merupakan cara yang efektif.

Beberapa jenis obat ARV telah disetujui untuk digunakan sebagai "pre-exposure prohphylaxis", atau terapi untuk mereka yang tidak terinfeksi HIV tetapi beresiko sangat tinggi tertular.


Sumber Kompas

5 Jenis susu formula selain susu sapi

Kini di pasaran, sudah banyak dijual bebas produk jenis susu formula selain susu sapi. Mana yang terbaik dan paling cocok dengan lidah Anda?

Seperempat liter susu sapi mengandung sekitar 103 kalori, 2,5 gram lemak, 107 mg sodium, 13 gram gula dan 8 gram protein. Teksturnya tidak terlaku cair, tidak terlalu kental. Rasanya tidak terlalu tawar, juga tidak terlalu manis.

Pro: "Kaya kalsium, protein, vitamin A dan D serta riboflavin," kata Sonya Angelone, RDN, ahli nutrisi di San Francisco.

Kontra: Sekitar 65 persen orang dewasa mengalami kesulitan mencerna gula susu atau laktosa. Pada komunitas masyarakat Asia Timur, intoleransi laktosa mencapai angka 90 persen.

Jenis susu formula selain susu sapi

1. Susu almond 
Tiap seperempat liter susu almond murni mengandung 60 kalori, 2.5 gram lemak, 160 milligram sodium, 1 gram protein, tidak mengandung Kolesterol. Rasanya sedikit manis dan lembut.

Pro: "Susu almond fortified kaya akan kalsium, vitamin D dan E," kata Angelone.

Kontra: Beberapa merk mengandung terlalu banyak gula tanpa protein. Pilih yang kadar gulanya paling rendah.

2. Susu kacang mede
Seperempat liter susu kacang mede murni mengandung 60 kalori, 170 milligram sodium, 30 milligram potasium, 1 gram protein, dan tidak ada Kolesterol. Rasanya sedikit creamy, manis dan ada rasa kacang.

Pro: Mengandung kalcium, vitamin D, vitamin B-12, dan zat besi.

Kontra: Hampir tidak memiliki kandungan protein.

3. Susu kedelai
Seperempat liter mengandung 110 kalori, 95 milligram sodium, 4.5 gram lemak, 380 milligram potasium, 8 gram protein. Susu kedelai asli rasanya agak kental dan tak terlalu manis.

Pro: Mengandung protein hampir sebanyak susu sapi, tapi kalorinya lebih rendah.

Kontra: Terlalu banyak kedelai bisa menyebabkan gangguan tiroid. Kedelai juga mengandung phytoestrogen yang jika dikonsumsi berlebihan, dapat memicu kanker payudara.

4. Susu beras
Seperempat liter mengandung 120 kalori, 2,5 gram lemak, 80 milligram sodium, 23 gram karbo, 1 gram protein. Teksturnya encer dan rasanya manis.

Pro: Aman buat yang alergi susu sapi, kacang dan kedelai.

Kontra: Rendah protein dibanding susu yang lain. Tinggi karbo dibanding yang lainnya.

5. Susu kelapa
Seperempat liter mengandung 70 kalori, 4,5 grams lemak, tidak ada Kolesterol, sodium, protein, 40 milligram potasium. Rasanya manis khas buah kelapa dan kental.

Pro: Bebas laktosa, gluten, kasein, MSG.

Kontra: Tidak mengandung protein yang penting untuk pertumbuhan sel dan otot.




Sumber: Kompas

Mitos dan Fakta penyakit eksim

Walau eksim sudah menjadi penyakit yang “umum”, masih banyak informasi yang salah di masyarakat. Berikut 8 hal yang perlu Anda tahu tentang eksim, seperti apa kondisinya dan apa yang bisa Anda lakukan.

Mitos dan Fakta penyakit eksim

Mitos: Semua eksim sama.
Fakta: Eksim merupakan istilah umum yang digunakan untuk kondisi kulit yang merah, iritasi, dan gatal. "Mengatakan eksim seperti mengatakan es krim," kata Mona Gohara, MD, profesor klinis dermatologi di Yale School of Medicine.

“Ada puluhan jenis eksim, walau semua terlihat sama, nyatanya mereka tidak persis sama. Sehingga membutuhkan penanganan berbeda.”

Mitos: Eksim menular.
Fakta: "Orang-orang berpikir kalau setiap jenis gangguan kulit menular, terutama jika eksim terjadi di seluruh bagian tubuh," kata Gohara.

"Tetapi, Anda tidak bisa tertular eksim dari orang lain atau menularkan eksim ke orang lain hanya dengan menyentuh orang tersebut. Kecuali jika kulit terinfeksi bakteri seperti MRSA, Staph, atau virus herpes, maka kondisi itu bisa menular. Dan orang-orang dengan penyakit eksim lebih rentan terinfeksi.”

Yang perlu diperhatikan, jika Anda memiliki eksim dan melihat adanya perubahan kulit yang tak biasa, seperti kemerahan, pengerasan pada kulit, atau berair, segera konsultasikan pada dokter kulit segera mungkin.

Mitos: Eksim disebabkan oleh stres.
Fakta: "Stres tidak menyebabkan eksim, tetapi dapat memperburuk kondisinya," kata Gohara. Stres meningkatkan hormon kortisol yang mengurangi kemampuan kulit untuk menahan air, sehingga meningkatkan risiko kekeringan dan peradangan—dua kondisi umum pada penderita eksim.

Untuk membantu meredakan stres yang bisa memperburuk eksim, mendapatkan tidur berkualitas adalah langkah pertama, lalu berolahraga lah secara teratur.

Mitos: Jika terserang eksim, kulit akan tampak kusam terus menerus.
Fakta: Beberapa jenis eksim memang lebih mudah untuk diobati ketimbang beberapa gangguan dermatitis atopik yang disebabkan karena genetik. Tetapi, nyatanya banyak orang dengan penyakit eksim yang mampu menjaga kondisi kulit mereka, kata Gohara.

Kuncinya adalah pengobatan dini. Jika Anda memiliki eksim, katakanlah, tangani eksim secepat mungkin dengan obat-obatan yang tepat.

Jika Anda menunggu terlalu lama, kulit bisa menebal dan mengeras akibat keseringan digaruk. Bila kulit sudah menebal, akan sulit bagi obat untuk menembus cukup dalam.

Mitos: Perawatan eksim harus selalu menggunakan obat.
Fakta: Obat topikal dapat membantu menyembuhkan kulit selama terjadinya eksim, namun gaya hidup juga cukup berperan.

Gohara menekankan, "Obat alami eksim bisa berupa mandi atau mandi di air hangat dengan pembersih yang lembut untuk kulit kering, tidak menggosok-gosok kulit. Setelah itu lembabkan kulit secara teratur. Gunakan pula humidifier dalam cuaca kering atau dingin.”

Menghindari pemicu alergi juga bisa membantu halau eksim. Beberapa pemicu umum ialah tungau debu, hewan peliharaan, jamur, sabun dengan kandungan deterjen, cairan pencuci piring, getah dari buah-buahan segar, daging, beberapa jenis sayuran, cuaca panas, kelembaban tinggi dan rendah, perubahan suhu yang drastis, serta aktivitas yang membuat Anda berkeringat.

Mitos: Eksim hanya masalah kulit.
Fakta: Eksim yang dibiarkan tanpa penanganan dapat mendatangkan malapetaka pada penderita, menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius dari sekadar penyakit kulit, menurut studi Northwestern Medicine yang melibatkan 62.000 orang dewasa.

Para peneliti menemukan bahwa orang dewasa dengan penyakit kulit lebih mungkin untuk merokok, menggunakan alkohol, dan menghindari olahraga ketimbang mereka dengan kulit sehat.

Pasien eksim juga cenderung lebih gemuk, mengembangkan penyakit jantung dan diabetes, serta menderita insomnia.

"Ini semua karena eksim bisa mengganggu kondisi emosional penderita, yang mungkin memicu gaya hidup buruk,” kata penulis studi Jonathan Silverberg, MD. Jadi, jika Anda atau anggota keluarga terkena eksim, jangan takut untuk meminta bantuan dokter.

Mitos: Jauhi gluten untuk sembuhkan eksim.
Fakta: Kecuali Anda memiliki penyakit celiac atau sensitivitas gluten, tidak ada bukti kuat bahwa gluten bisa memperburuk eksim, kata Gohara.

Bahkan jika Anda memiliki celiac dan harus menghindari gluten karena alasan kesehatan lainnya, jangan terlalu berharap kulit Anda akan menjadi lebih baik setelah Anda meninggalkan gluten.

Pasalnya, penelitian pada pasien dengan celiac dan dermatitis atopik menemukan, hidup bebas gluten selama satu tahun tidak mengarah pada perbaikan kulit.

Mitos: Anda tidak bisa berenang lagi.
Fakta: Ada beberapa pihak yang mendapati, kontak dengan klorin mengarah pada perburukan eksim, namun ada juga yang mendapati, klorin pada air kolam renang memiliki efek positif pada kondisi kulit mereka.

Jika Anda memiliki kondisi kulit yang sensitif terhadap klorin, cobalah untuk menggunakan pelembab yang cukup tebal sebelum berenang, kemudian mandi dengan bersih dan oleskan lagi pelembab.

Menurut National Eczema Association, berenang secara teratur akan membantu kulit beradaptasi dengan air yang mengandung klorin.


Sumber Kompas

Obatnya Herbal

{picture#http://4.bp.blogspot.com/-0cA0jwlkoGc/ViEZ_rQCLOI/AAAAAAAAAfg/M6MsH75dfMI/s1600/call-service.jpg} Obatherbal merupakan situs yang berisikan informasi seputar kesehatan dengan topik pembahasan tentang penyakit, pengobatan, tips kesehatan, dan lain sebagainya. {facebook#https://www.facebook.com/ObatnyaHerbal} {twitter#https://www.facebook.com/ObatnyaHerbal} {google#https://www.facebook.com/ObatnyaHerbal} {pinterest#https://www.facebook.com/ObatnyaHerbal} {youtube#https://www.facebook.com/ObatnyaHerbal} {instagram#https://www.facebook.com/ObatnyaHerbal}
Diberdayakan oleh Blogger.