Manfaat Tomat, cegah risiko Kanker Payudara

Manfaat Tomat untuk Kanker Payudara - Telah lama diketahui bahwa wanita postmenopause (wanita yang berada di masa setela ia mengalami menopause/ haid nya berhenti) memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara . Namun, penelitian baru - baru ini menunjukkan bahwa menerapkan pola makan yang kaya dengan tomat dapat mengurangi risiko ini. Hal ini menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Clinical Endocrinology & Metabolism menunjukkan bahwa wanita yang secara acak ditugaskan untuk makan tomat dan produk tmakanan yang mengandung tomat  (yang mengandung 25 miligram lycopene (likopen) per hari) , mengalami peningkatan kadar hormon yang mengatur metabolisme yakni adiponectin (adiponektin) .
Keterangan:
1. Likopen adalah salah satu karotenoid (pigmen makanan) yang bertanggungjawab terhadap warna kuning tua hingga merah pada buah dan sayur. Pigmen ini disintesis oleh tumbuh-tumbuhan. Di dalam tumbuhan sendiri, likopen berfungsi sebagai penyerap cahaya pada proses fotosintesis, serta melindungi tanaman dari fotosensitivitas. Senyawa yang banyak terdapat pada buah tomat.

Likopen sangat bermanfaat bagi kesehatan, utamanya dalam menangkal radiasi bebas. Antioksidan yang satu ini dapat meredam oksigen tunggal dua kali lebih baik daripada vitamin A dan sepuluh kali lebih baik daripada vitamin E.

Antioksidan dalam likopen bersifat menekan multiplikasi sel secara berlebihan yang menyebabkan tumor dan kanker. Berbagai penelitian membuktikan bahwa likopen mampu melawan beberapa jenis kanker. Bagi laki-laki, konsumsi likopen dapat mencegah kanker esopagus dan menurunkan resiko kanker prostat sebanyak 45%, sedangkan bagi perempuan, likopen dapat menurunkan resiko kanker servik, payudara, dan kanker ovarium.

2. Adiponektin merupakan suatu protein yang berasal dari jaringan adiposa (jaringan penyimpan lemak) dan memiliki fungsi yang penting dalam menjaga keseimbangan gula dan lemak dalam tubuh.Adiponektin berperan sangat baik di dalam tubuh untuk mencegah berbagai gangguan kesehatan seperti diabetes, gangguan metabolisme lemak, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung koroner.

Adiponektin merupakan indikator yang baik untuk memperkirakan terjadinya komplikasi dari sindrom metabolik. Penurunan adiponektin dalam darah (hipoadiponektinemia) berkaitan dengan peningkatan Indeks Massa Tubuh (peningkatan kejadian obesitas), penurunan sensitivitas insulin (peningkatan kejadian diabetes), profil lemak yang tidak diinginkan dan peningkatan risiko penyakit jantung.

Menurut National Cancer Institute , perempuan di AS memiliki risiko 12,4 % terkena kanker payudara di beberapa masa dalam hidup mereka . Risiko ini meningkat seiring dengan bertambahnya usia . Satu dari 42 orang wanita berusia di atas 50 tahun, beresiko terhadap penyakit ini.

Menurut para peneliti studi , yang dipimpin oleh Adana Llanos dari Rutgers University , wanita menopause memiliki resiko terkena kanker payudara yang lebih besar, seiring dengan bertambahnya indeks massa tubuh mereka ( BMI ) mereka . Namun studi terbaru ini menunjukkan bahwa risiko ini dapat dikurangi hanya dengan menerapkan pola makan yang berbeda .

Keterangan :Body Mass Index ( Indeks Massa Tubuh ) merupakan ukuran yang digunakan untuk menilai proporsionalitas perbandingan antara tinggi dan berat seseorang.  BMI sering digunakan dokter untuk menilai seseorang itumengalami obesitas atau tidak.

Dalam penelitiannya, mereka menganalisis 70 orang wanita pasca menopause dalam jangka waktu 20 minggu.

Untuk 10 minggu pertama , para wanita diminta untuk mengikuti diet kaya tomat . Hal ini mengharuskan wanita mengkonsumsi  minimal 25 mg likopen setiap hari ( kira - kira 3 buah tomat segar sehari ) . 

Untuk sisa 10 minggu lagi , para wanita mengikuti diet kaya kedelai. Hal ini mengharuskan mereka untuk mengkonsumsi setidaknya 40 g protein kedelai setiap hari .

Catatan : Semua wanita diminta untuk menahan diri dari makan setiap kedelai atau produk tomat 2 minggu sebelum setiap diet .

Setelah mereka mengukuti diet kaya tomat selama 10 minggu didapatkan peningkatan 9 % pada jumalah adiponektin dalam tubuh mereka. Oleh sebab itu, dengan peningkatan jumalah adipopektin ini, para wanita tersebut akan lebih terhindar dari obesitas, diabetes, gangguan metabolisme lemak, tekanan darah tinggi, jantung koroner, sampai pada kanker payudara.


10 Manfaat kopi sesuai dengan cara minumnya
Karena banyak manfaat kopi untuk kesehata, New England Journal of Medicine menyimpulkan bahwa peminum kopi dikaitkan dengan penurunan risiko kematian dini hingga 16 persen. Tapi sayangnya, belum semua orang mengetahui cara minum kopi yang benar untuk mendapatkan manfaat kopi sesuai dengan kesehatannya.

Seperti dikutip laman Livestrong, meskipun minum kopi secara berlebihan dapat meningkatkan kadar hormon stres kortisol dan menumbuhkan ketergantungan pada kafein, berikut ini ada 10 Manfaat kopi sesuai dengan cara minumnya:

1. Pencegahan batu empedu

Peneliti Harvard pada 2002 menemukan bahwa wanita yang minum setidaknya empat cangkir kopi sehari bisa menurunkan risiko batu empedu hingga 25 persen.

2. Mencegah depresi

Dalam laporan Archives of Internal Medicine pada 2011 disebutkan bahwa perempuan yang minum dua sampai tiga cangkir kopi sehari dapat menurunkan risiko depresi hingga 15 persen. Sementara orang yang minum empat cangkir sehari memiliki risiko depresi 20 persen lebih rendah.

3 . Peningkatan memori

Dalam sebuah penelitian yang dipresentasikan pada 2005 di Amerika Utara, para peneliti menemukan bahwa orang yang mengonsumsi dua cangkir kopi rata-rata memiliki memori jangka panjang.

Menariknya, sebuah studi 2007 menemukan bahwa wanita dan laki-laki berusia 65 tahun keatas dan minum tiga cangkir kopi setiap hari hanya mengalami sedikit penurunan memori.

Sementara para peneliti di University of South Florida pada tahun 2011 malah menyarankan lansia untuk minum kopi sebanyak empat sampai lima cangkir setiap hari untuk mengurangi risiko Alzheimer.

4. Risiko Diabetes

Penelitian yang dilakukan pada Januari 2012, 'Journal of Agricultural & Food Chemistry' menyebutkan bahwa ada senyawa dalam kopi yang dapat menurunkan risiko diabetes tipe 2.

5. Mengurangi Risiko Kanker

Sebuah studi pada 2008 di Swedia menemukan bahwa minum dua sampai tiga cangkir sehari dapat mengurangi risiko kanker payudara. Studi pada 2011 yang dipublikasikan di 'Breast Cancer Research' juga menemukan bahwa minum lima cangkir atau lebih juga bisa menurunkan risiko kanker payudara sekitar 20 persen.

Tak hanya bermanfaat bagi perempuan, karena studi yang disebut dari Harvard School of Public Health menemukan bahwa kopi dapat menurunkan risiko kanker prostat.

6. Meningkatkan metabolisme

Jika sebuah studi pada 1980 menyebutkan bahwa kopi dapat merangsang metabolisme, pada studi 2006 peneliti menemukan ekstrak kopi dapat meningkatkan berat badan orang dewasa selama 22 minggu.

7. Mengurangi risiko penyakit Parkinson

'The Journal of American Medical Association' pada tahun 2000 menemukan bahwa konsumsi kafein bisa menurunkan risiko Parkinson. Dan pada sebuah studi 2010, minum dua sampai tiga cangkir kopi setiap hari dapat menurunkan risiko penyakit yang sama.

8. Antioksidan

Dalam penelitian yang dilakukan Harvard Edward Giovannucci yang diterbitkan dalam 'Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention', mencatat bahwa kopi memiliki lebih banyak antioksidan daripada sayuran dan buah-buahan. Bahkan pada 2005 disebutkan bahwa kopi merupakan sumber antioksidan nomor satu di Amerika.

9. Meningkatkan kinerja

Kopi memang sering dikaitkan dengan meningkatnya daya tahan dan kinerja tubuh. Sebuah penelitian pada 2008 yang menyertakan atlet menyimpulkan bahwa minum kopi dapat membuat atlet tampil baik selama latihan meskipun kurang tidur.

10. Pencegahan asam urat

Studi pada 2007 menyebutkan, orang yang minum enam cangkir sehari bisa menurunkan risiko asam urat sebanyak 60 persen.



Kanker payudara merupakan ancaman serius bagi kaum hawa. Bagaimana tidak, prevalensinya menempati urutan wahid jenis kanker paling banyak pada wanita, baik di dunia maupun di Indonesia. Untuk itu, wanita perlu lebih waspada dengan rutin melakukan pemeriksaan pada payudaranya.

Namun tidak semua benjolan di payudara adalah kanker. Faktanya, hanya 15 persen dari benjolan yang bisa berkembang menjadi kanker. Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Onkologi Indonesia (PP POI) Dradjat Ryanto Suardi mengatakan, selain kanker benjolan bisa berupa tumor jinak, namun keduanya tetap perlu diwaspadai.

"Tumor jinak lebih tidak berbahaya daripada kanker karena tidak menyebabkan kegagalan organ yang dihinggapinya," jelasnya dalam konferensi pers Breast Cancer Expert Forum dengan tema "Transforming Advanced Breast Cancer at the Molecular Level", di Jakarta.

Dradjat pun menjelaskan perbedaan keduanya, pertama kanker lebih cepat bertumbuh dibandingkan dengan tumor. Dalam 8-200 hari, sel-sel kanker bisa membelah dengan sangat cepat. Sementara tumor jinak pertumbuhannya lebih lambat.

Kedua, ketika diraba, benjolan kanker terasa padat dan keras. "Sel-sel kanker bila teraba rasanya akan seperti meraba tulang," ujar dokter spesialis bedah onkologi dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung, ini.

Sementara itu, benjolan tumor akan teraba lebih lunak. Dradjat menjelaskan, benjolan tumor pun bisa mengalami pergeseran jika ditekan, tidak seperti kanker yang kaku. Ini karena sel-sel kanker umumnya melakukan infiltrasi (penyusupan) terhadap jaringan-jaringan di sekitarnya, maka sulit untuk digerakan.

"Benjolan akibat kanker yang sudah berkembang lebih lanjut juga menyebabkan perubahan pada permukaan payudara, misalnya puting yang tertarik ke dalam, itu karena infiltrasi tadi," paparnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Subdit Penyakit Kanker Kementerian Kesehatan RI Niken Wastu Palupi, pemeriksaan payudara yang dilakukan secara rutin akan meningkatkan sensitivitas pemeriksanya untuk mendeteksi adanya benjolan. Artinya, kemampuan membedakan antara benjolan kanker dan tumor juga meningkat.

"Jika rutin melakukan pemeriksaan payudara sendiri, benjolan berukuran 1,2 sentimeter saja sudah dapat teraba," ujar dia.

Kanker payudara merupakan pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel payudara yang berubah menjadi ganas. Saat ini, kanker payudara adalah kanker yang paling banyak dialami oleh wanita di seluruh dunia. Di Indonesia, kasus kanker payudara mencapai 35 persen dari total kasus kanker.

Sumber: Kompas

Bahaya merokok penderita kanker

Orang yang terus merokok setelah didiagnosis menderita kanker memiliki resiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang berhenti merokok, kata beberapa peneliti Amerika Serikat.

Penelitian baru tersebut, yang disiarkan di Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention, jurnal American Association for Cancer Research, memperlihatkan tidak terlalu terlambat untuk berhenti merokok setelah diagnosis kanker, kata para peneliti itu.

Mereka menggunakan data dari satu studi yang menyelidiki hubungan antara gaya hidup khas dan resiko kanker di kalangan orang yang berusia menengan atau lebih tua di Shanghai, China.

Antara 1986 dan 1989, lebih dari 18.000 orang yang berusia 45 sampai 64 tahun didaftarkan di dalam studi itu.

Mereka menetapkan lebih dari 1.600 peserta telah terserang kanker sampai 2010. Di antara peserta itu, 340 orang bukan perokok, 545 berhenti merokok sebelum diagnosis kanker mereka, dan 747 adalah perokok saat diagnosis.

Dari 474 perokok saat diagnosis, 214 orang berhenti merokok setelah diagnosis, 197 terus merokok, dan sisa 336 orang kadang-kala tidak merokok, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu pagi.

Dibandingkan orang yang tidak merokok setelah diagnosis kanker, mereka yang merokok setelah diagnosis memiliki 59 persen peningkatan resiko kematian akibat semua sebab, setelah penyesuaian berbagai faktor dilakukan, termasuk usia, lokasi kanker, dan jenis pengobatan, kata para peneliti itu.

Ketika dibatasi pada orang yang merokok saat diagnosis, mereka yang terus merokok setelah diagnosis memiliki 76 persen peningkatan resiko kematian akibat semua sebab dibandingkan dengan mereka yang berhenti merokok setelah diagnosis, kata para peneliti tersebut.

Ketika pasien kanker yang terus merokok setelah diagnosis dibandingkan dengan pasien kanker yang berhenti merokok setelah diagnosis, resiko kematian beragam karena lokasi berbeda organ kanker.
Resiko kematian naik sampai 2,95 kali lipat bagi pasien kanker kandungkemih yang terus merokok, 2,36 kali bagi pasien kanker paru-paru yang terus merokok, dan 2,31 kali bagi pasien kanker usus besar.


Sumber: Antara

Obatnya Herbal

{picture#http://4.bp.blogspot.com/-0cA0jwlkoGc/ViEZ_rQCLOI/AAAAAAAAAfg/M6MsH75dfMI/s1600/call-service.jpg} Obatherbal merupakan situs yang berisikan informasi seputar kesehatan dengan topik pembahasan tentang penyakit, pengobatan, tips kesehatan, dan lain sebagainya. {facebook#https://www.facebook.com/ObatnyaHerbal} {twitter#https://www.facebook.com/ObatnyaHerbal} {google#https://www.facebook.com/ObatnyaHerbal} {pinterest#https://www.facebook.com/ObatnyaHerbal} {youtube#https://www.facebook.com/ObatnyaHerbal} {instagram#https://www.facebook.com/ObatnyaHerbal}
Diberdayakan oleh Blogger.